Kalau kita menyayangi seseorang kita pasti peduli. Tulisan ini untuk dia yang peduliku berat.
Judul tulisannya ; don’t
judge, u don’t now that yet
Jadi, dahulu mungkin sampai sekarang. Sy termasuk orang yang
suka sekali mempersiapkan segala sesuatunya jauh sebelum hal tersebut terjadi.
Hal ini mungkin baik, sebenarnya sangat baik. Jadi kita jauh lebih bersiap-siap
menghadapi segala sesuatunya. Namun ternyata hal ini perlu catatan kaki. Sebab jika tidak
dilihat dengan jernih, hal ini membuahkan banyak spekulasi dan ketakutan.
Seperti waktu sebelum menikah, saat melihat gosip atau mendengar cerita
pernikahan atau rumah tangga teman/ keluarga, saya dan beberapa teman curhat
kerap kali memberikan pendapat dan menjustifikasi penuh emosi. Disertai
bait-bait kalau sy menikah nanti, kalau saja sy diposisi itu, kalau sy pikirnya
sih, harusnya begini dan begitu. Penuh penghakiman dan spekulasi yang tidak
berdasar. Khas anak muda menjelang mature yang senang baca filsafat. Setelah
menikah ternyata sy mulai melihat segala sesuatunya berbeda.
Terlalu banyak hal yang berbeda dari apa yang dahulu sy pikirkan dan
rencanakan. Namun hal ini tidak bermakna negatif, Cuma ternyata saya
menyikapinya berbeda dari apa yang dulu sy rencanakan. Tapi rasanya
dibandingkan dengan rencana sy yang dulu, keputusan ini lebih bijaksana dan
membahagiakan semua orang.
Yang ingin saya
ceritakan dari ceramah diatas adalah kadang kita memikirkan terlalu banyak hal,
kecerdasan membawa kita pada terlalu banyak hipotesis. Keseharian dari dunia
kita yang rumit ribet ramai makin meneggelamkan kita dalam jaring-jaring kompleksitas pemikiran yang rumit. Kita
lantas cenderung lupa pada kesederhanaan, prinsip, prioritas, dan penting.
Contohnya, dulu sy berpikir menikah pasti rumit, maka kita
perlu menyepakati banyak hal, seperti sy tetap boleh keluar malam untuk rapat,
tidak pindah dari rumah orang tua, dan banyak yang sy juga sudah lupa. Namun
ternyata tidak perlu banyak kesepakatan dalam pernikahan, tidak perlu terlalu
banyak uang juga, tidak perlu mengurangi bersenang-senang juga. Cukup memilih
menjadi istri beserta konsekuensinya, maka semua akan berjalan biasa. Tetap
penuh senang-senang dengan cara yang berbeda saja. Maka cukup Jemilih menikah
dengan segala konsekuesinya dan jangan menyerah. Tidak ada yang terlalu sulit
kok. Ahahaha… gagal fokus nih, Makin njlimet yaa ceritanya…
Maksud saya, marilah menyederhanakan segala-sesuatunya,
terutama isi pikiran kita. Berhenti terlalu banyak menjustifikasi segala seuatu
yang kadang bahkan tidak bersentuhan dengan kita. Belajarlah untuk menikmati
ketidak tahuan kita atas sesuatu yang tidak membawa kebaikan untuk kita dan
orang-orang yang kita sayangi. Maka, marilah hargai saudara dan sahabat, mereka pasti berbuat banyak salah karena Cuma
mereka yang tulus peduli. Kerjakan permintaan orang tua kita sekalipun itu
mengganggu agenda2 pencapaian hidup
pribadi kita, karena mereka tidak hidup selamanya. Berdoa banyak banyak, semoga
ilmu pengetahuan kita tidak membawa kita pada kesesatan pikir, kebutaan hati,
dan kekurangan kebahagiaan. Amin…